logo Kompas.id
โ€บ
Internasionalโ€บMusyawarah dan Mufakat,...
Iklan

Musyawarah dan Mufakat, Senjata Indonesia untuk Kepemimpinan G-20

Kepemimpinan Indonesia dibutuhkan untuk mendinginkan situasi di G-20. Indonesia harus bekerja keras membujuk AS dan China serta negara-negara lain untuk mau duduk bersama dan bermusyawarah.

Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/uu0alr_g_Vx48vWYLX9dMozJAr8=/1024x498/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2FScreenshot_20211027-105829_YouTube_1635321764.jpg
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR

Tangkapan layar Guru Besar Ilmu Politik Universitas Nasional Singapura, Kishore Mahbubani, ketika menjadi narasumber dalam webinar Golkar Institute mengenai kepemimpinan Indonesia di G-20 periode 1 Desember2021-30 November 2022. Webinar dilangsungkan pada Rabu (27/10/2021).

JAKARTA, KOMPAS โ€” Mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022, Indonesia akan memimpin kelompok 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia atau G-20. Sejumlah hal bisa menjadi kekuatan Indonesia dalam menunaikan tugas ini, di antaranya budaya musyawarah mufakat yang kuat, meningkatnya demokrasi, dan bukti komitmen mengerjakan hasil konsensus G-20 sebelumnya.

โ€Meskipun dilanda pandemi, Indonesia terbukti tetap memiliki demokrasi dan perekonomian yang relatif stabil dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Amerika Serikat dan Brasil, misalnya, saat ini menghadapi gejolak masyarakat akibat polarisasi yang lebar,โ€ kata Kishore Mahbubani, Guru Besar Politik Universitas Nasional Singapura sekaligus pendiri Sekolah Kajian Kebijakan Lee Kuan Yew dalam webinar yang diselenggarakan Golkar Institute, Rabu (27/10/2021).

Editor:
Fransisca Romana
Bagikan