Bergerak di Semua Lini dan dalam Senyap
Setelah kudeta militer di Myanmar meletus pada 1 Februari lalu, ASEAN dengan dimotori Indonesia bergerak cepat. Beragam langkah diplomasi dilakukan untuk mencari jalan keluar agar kekerasan di Myanmar reda.
Meskipun banyak pihak masih menunggu—bahkan meragukan—konsensus ASEAN terkait Myanmar akan terimplementasi efektif, hal itu tidak mengurangi capaian positif ASEAN. Mitra wicara ASEAN, Australia, memuji pendekatan ASEAN yang inklusif.
Sifat inklusif itu ditunjukkan, antara lain, dari diundangnya pemimpin militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, dalam pertemuan semua pemimpin negara anggota ASEAN yang dihelat dengan tajuk ASEAN Leader’s Meeting (ALM). Min Aung Hlaing juga menyambut baik. Sejumlah negara anggota ASEAN—sebelum ALM digelar—telah menjalin komunikasi dengan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang dibentuk oleh politisi sipil dan aktivis demokrasi Myanmar. Artinya, para pihak yang terkait dengan krisis di Myanmar terlibat dalam ALM, baik langsung maupun tidak langsung.