logo Kompas.id
β€Ί
Internasionalβ€ΊPola Baru Hubungan AS-Arab...
Iklan

Pola Baru Hubungan AS-Arab Saudi

Tampilnya Joe Biden sebagai Presiden Ke-46 AS membawa perubahan dalam pola hubungan AS-Arab Saudi. Isu penegakan HAM kini menjadi aturan main yang baru dalam hubungan dua negara itu.

Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/5ApM9z4WQgOiQ32xKRv4kSo58qY=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2FUS-Saudi-Arabia_94750978_1615132317.jpg
AP PHOTO/HASSAN AMMAR

Foto tanggal 27 Oktober 2011 ini memperlihatkan pertemuan Joe Biden saat menjabat Wakil Presiden AS dengan (saat itu) Pangeran Salman bin Abdulaziz untuk menyampaikan duka cita atas meninggalnya saudaranya, Putra Mahkota Pangeran Sultan bin Abdul-Aziz al-Saud, di Istana Pangeran Sultan di Riyadh, Arab Saudi. Hampir 10 tahun kemudian, saat Biden menjabat Presiden dan Raja Salman memimpin Arab Saudi, AS meletakkan pola baru hubungan dengan Arab Saudi.

Tampilnya Joe Biden dari Partai Demokrat sebagai Presiden Ke-46 Amerika Serikat (AS) mengantarkan akan terjadinya babak baru hubungan AS-Arab Saudi. Lahirnya babak baru hubungan kedua negara, yang dikenal sebagai dua mitra strategis sejak 1945, sudah terbaca sejak Biden menjadi kandidat presiden pada masa kampanye pemilu.

Pada masa kampanye itu, Biden kerap meniupkan isu pentingnya penegakan HAM jika ia terpilih menjadi presiden AS. Biden juga sering mengritik perang di Yaman yang membawa bencana kemanusiaan. Ia pun berjanji akan mengakhiri perang Yaman bila ia terpilih. Pada saat itu, sejumlah pengamat memprediksi, akan ada babak hubungan baru AS-Arab Saudi, jika Biden terpilih sebagai orang nomor satu di AS.

Editor:
samsulhadi
Bagikan