logo Kompas.id
InternasionalPertarungan Merebut Kue...
Iklan

Pertarungan Merebut Kue Digital, Apa yang Harus Dilakukan Perusahaan Media?

Pertarungan lanjutan antara media dan platform digital kembali memanas di Australia. Di sisi lain, perusahaan media perlu berinvestasi pada SDM dan teknologi agar bertumbuh dan berkembang dengan model bisnis sendiri.

Oleh
Mahdi Muhammad
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/07kB3wkJGYy8TWt2Ed4ke3zNeX4=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F01%2Fkompas_tark_22375365_125_1.jpeg
KOMPAS/Didit Putra Erlangga Rahardjo

Tampilan fitur instant article di layar ponsel sebelah kiri, sementara fitur accelerated mobile pages  ada di layar ponsel sebelah kanan, dua teknologi yang dikembangkan secara terpisah oleh Facebook dan Google, Rabu (16/3/2016).

Australia kini tengah menjadi sorotan semua pihak, mulai dari pemerintah, jurnalis, hingga pengelola media. Kebijakan pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison yang ingin ”memaksa” dua perusahaan raksasa teknologi digital, yaitu Google dan Facebook, untuk membayar perusahaan media dan lembaga penyiaran atas berita yang terpampang di platform mereka dalam berbagai bentuknya menyedot perhatian.

Ini bukan pertama kali pemerintahan sebuah negara coba memaksa perusahaan raksasa digital membayar kepada perusahaan media dan lembaga penyiaran. Seperti dikutip dari penelitian Susan Athey, Markus Mobius, dan Jeno Pal, yang diunggah di laman Stanford Institute for Economic Policy Research (SIEPR), Jerman dan Spanyol secara terpisah coba memaksa Google membayar perusahaan media atas dasar Undang-Undang Hak Cipta, jumlah tertentu atas karya jurnalistik yang terpampang di platform mereka. Namun, mereka tidak berhasil.

Editor:
samsulhadi
Bagikan