logo Kompas.id
โ€บ
Internasionalโ€บPelita Harapan Anak Migran...
Iklan

Pelita Harapan Anak Migran Myanmar Redup

Karena sekolah ditutup, banyak anak terpaksa bekerja di industri ilegal makanan laut dengan upah harian yang rendah.

Oleh
Luki Aulia
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Tf4q9xiLYRg0lo1bmcWPv6QOYA0=/1024x1024/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F10%2F70948602_1538493359.jpg
GETTY IMAGES/PAULA BRONSTEIN

Anak-anak pengungsi Rohingya berlindung di bawah payung saat hujan mengguyur kamp pengungsi Unchiprang di Coxโ€™s Bazar, Bangladesh, 28 Agustus 2018. ASEAN mendesak Pemerintah Myanmar memberi mandat penuh kepada komisi penyelidik independen untuk meminta pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam kekerasan di Negara Bagian Rakhine.

Chit Su (15) terpaksa tinggal di rumah menguliti kepiting saja dengan neneknya sejak sekolahnya ditutup Pemerintah Thailand, Agustus 2019. Sekitar sepuluh sekolah bagi anak-anak migran Myanmar di Provinsi Ranong, Thailand selatan, ditutup dengan alasan guru-guru asal Myanmar yang mengajar di sekolah itu tidak mengantongi surat izin bekerja.

Karena sekolah ditutup, banyak anak terpaksa bekerja di industri ilegal makanan laut dengan upah harian yang rendah. โ€Kerjanya berat. Kalau saya bisa belajar, saya bisa dapat pekerjaan yang tidak seberat ini. Namun, kalau saya tidak bantu nenek saya, kami tidak akan punya uang,โ€ kata Chit Su, nama samaran anak itu untuk melindungi identitas aslinya.

Editor:
Pascal Bin Saju
Bagikan