75 tahun Bom Hiroshima-Nagasaki
Penantian ”Hibakusha” atas Dunia Bebas Senjata Nuklir
Dunia yang bebas senjata nuklir menjadi impian para penyintas bom Hiroshima-Nagasaki. Namun, waktu belum berpihak kepada mereka yang kini rata-rata berusia 80 tahunan itu.

Stiker bertuliskan ”Peace (Perdamaian)” tergeletak di sebuah taman di dekat Kubah Bom Atom di Hiroshima, Jepang bagian barat, Selasa (4/8/2020).
Senin pagi, 6 Agustus 1945. Lee Jong-keun sedang dalam perjalanan ke tempat kerjanya di otoritas kereta api nasional Jepang di Hiroshima saat kota itu seolah dilanda kiamat akibat hunjaman ”Little Boy”. Seketika langit Hiroshima menjadi tampak oranye kekuningan.
Lee membenamkan wajahnya ke tanah. Ia menderita luka bakar di leher. Butuh waktu empat bulan ia sembuh. Lee, yang saat itu baru berusia 16 tahun, adalah salah satu korban Little Boy, nama kode bom uranium yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima pada pagi itu.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 4 dengan judul "Penantian "Hibakusha" atas Dunia Bebas Senjata Nuklir".
Baca Epaper Kompas