Libya Semakin Compang-Camping
Setelah Muammar al-Gaddafi digulingkan, Libya jatuh dalam perang bersaudara yang berlarut-larut. Ikut campurnya berbagai negara membuat konflik itu semakin sulit diselesaikan dan Libya kian compang camping.
Sejak pemimpin Libya Muammar al-Gaddafi—yang memerintah negeri itu selama 42 tahun dari 1969, disingkirkan dan bahkan dibunuh dalam revolusi, Oktober 2011—negeri itu terjerumus ke dalam perang saudara, yang melibatkan berbagai kelompok kekuatan terutama suku-suku dan milisi bersenjata. Mereka bertarung untuk memperebutkan kekayaan negeri itu yakni minyak. Libya disebut-sebut memiliki cadangan minyak terbesar di Afrika dan nomor sembilan terbesar di dunia. Tak pelak lagi, negeri berpenduduk kurang dari tujuh juta jiwa tersebut, makin hari makin terkoyak-koyak, sama seperti Suriah.
Ada dua kekuatan besar yang bertarung. Kekuatan pertama yang disebut Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB, berpusat di Tripoli dipimpin oleh PM Fayez al-Sarraj. Mereka memerintah Libya bagian barat. GNA didukung kekuatan militer yang berasal dari suku-suku dan milisi Islamis, terutama yang berafiliasi dengan Persaudaraan Muslim (Avi Melamed, 2020).