logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊBerkomunikasi Lewat Feromon
Iklan

Berkomunikasi Lewat Feromon

Tak hanya hewan, ternyata manusia juga berkomunikasi melalui feromon meski seringkali tak disadari. Sebagai contoh, bau keringat saat sedang bergairah mampu mengaktifkan otak kanan lawan jenis.

Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Ce_gwxwhQVkx5zf410hFREAbczU=/1024x666/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F02%2F7182db86-4e1e-40b2-822a-8ac2bf9bb099_jpg.jpg
AFP/INTI OCON

Sejumlah pasangan turut dalam pernikahan massal pada Hari Valentine di Taman Paseo Xolotlan di Managua, Nikaragua, Minggu (14/2/2021). Sejumlah data menunjukkan, feromon berperan dalam membangun suasana hati, fokus, serta respons seksual perempuan, dan mungkin juga dalam pemilihan pasangan.

Umumnya kita menangkap emosi manusia lewat ekspresi wajah dan nada suara. Dari penelitian, ternyata otak juga mengenali informasi sosioemosional dari aroma keringat yang mengandung feromon.

Namun, tidak semua orang menyadari informasi yang disampaikan lewat bau. Berbeda dengan hewan, struktur kemosensori di hidung yang terhubung ke hipotalamus di otak, yakni organ vomeronasal yang merupakan reseptor feromon, pada manusia kurang berkembang.

Editor:
Evy Rachmawati
Bagikan