logo Kompas.id
โ€บ
Ilmu Pengetahuan & Teknologiโ€บSawit Ditolak, Terbitlah...
Iklan

Sawit Ditolak, Terbitlah Jagung

Hutan adat masyarakat suku Mpur di Tambrauw, Papua Barat, berubah wujud menjadi lahan perkebunan jagung. Warga pun gundah gulana karena tanah ulayat tempat mereka bersandar hidup musnah.

Oleh
HARIS FIRDAUS
ยท 1 menit baca

Ok.ICH

https://cdn-assetd.kompas.id/VS6f5pGQmGl83xCX5a8ReWTzW68=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2Fef6d9b91-720c-4a62-8cd6-b847292a9ace_jpg.jpg
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Lahan perkebunan jagung yang dikelola PT Bintuni Agro Prima Perkasa (BAPP) yang berada di hamparan Lembah Kebar, Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, Minggu (18/4/2021). Kerusakan hutan karena pembukaan lahan menyebabkan ketegangan antara masyarakat adat di Lembah Kebar dan PT BAPP. Selama ini hutan di Lembah Kebar menyediakan banyak sumber daya yang bisa digunakan masyarakat adat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sebagian tanah ulayat itu masih berupa hutan dengan aneka jenis flora dan fauna.

Veronika Manimbu (35) berdiri di atas bak terbuka mobil bergardan ganda yang ditumpanginya. Pandangannya melayang ke hamparan ladang jagung yang berada tak jauh di hadapannya. Saat itu, Veronika tampak tak mampu menyembunyikan kesedihannya.

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan