logo Kompas.id
Ilmu Pengetahuan & TeknologiSentralisasi Lembaga Riset...
Iklan

Sentralisasi Lembaga Riset Dinilai Salah Arah

Lembaga riset di negara lain itu terdesentralisasi. Bahkan, di China, kebijakan sains dan teknologinya mulai dari 2006 sudah semakin terdesentralisasi.

Oleh
Ahmad Arif
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/FozNvpTVmmRd0EusvKl_YYLM7mc=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2022%2F01%2F68fb24b5-e92b-4f9a-b02d-b0db27b7b8bc_jpg.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Gedung Lembaga Biologi Molekuler Eijkman atau Lembaga Eijkman di Jakarta Pusat, Selasa (4/1/2022).

JAKARTA, KOMPAS — Sentralisasi lembaga riset yang dilakukan saat ini dinilai salah arah, yang berpotensi menjadi malapetaka sains dan kemanusiaan. Disarankan, Badan Riset dan Inovasi Nasional lebih berperan menjalankan fungsi koordinasi dan mendorong pengembangan riset serta inovasi unggulan yang otonom sebagaimana telah dilakukan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

”Penciptaan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) yang melikuidasi banyak lembaga riset ini menjadi malapetaka riset di Indonesia. Dengan dilikuidasi, dekonstruksi kelembagaan dan sumber daya manusianya tercerai-berai. Ini juga menjadi malapetaka kemanusiaan. Ada 1.500 orang diberhentikan,” kata Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah dan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Azyumardi Azra, dalam diskusi daring yang diselenggarakan Narasi Institute, Jumat (7/1/2022).

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan