logo Kompas.id
โ€บ
Ilmu Pengetahuan & Teknologiโ€บDampak Cahaya Buatan untuk...
Iklan

Dampak Cahaya Buatan untuk Wisata Malam di Kawasan Konservasi Diteliti

Potensi wisata malam dikembangkan di sejumlah kawasan konservasi di Indonesia. Karena itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional meneliti dampak cahaya buatan saat malam hari terhadap ekosistem di area tersebut.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/I8dDmQBwQDx0Vw3JlxGLhmiaWMg=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F20210930_205943_1633091441.jpg
KOMPAS/AGUIDO ADRI

Salah satu atraksi cahaya di zona Taman Meksiko, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Jumat (30/9/2021). Atraksi cahaya atau glow yang menggunakan 10 persen dari total lahan di Kebun Raya Bogor itu terbagi menjadi 6 zona, yaitu zona Taman Pandan, Taman Meksiko, Taman Akuatik, Lorong Waktu, Taman Astrid, dan Ecodome.

JAKARTA, KOMPAS โ€” Wisata malam di kebun raya atau taman hutan berkembang di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Namun, kegiatan wisata malam yang memakai cahaya buatan ini dikhawatirkan berdampak negatif terhadap eksosistem tumbuhan dan hewan di area konservasi alam tersebut.

Untuk  menyusun panduan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah bagi pengelola kebun raya, Badan Riset dan Inovasi Nasional menggelar riset untuk memastikan dampak aktivitas malam bagi ekosistem di suatu kawasan konservasi.

Editor:
Evy Rachmawati
Bagikan