logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊDiperlukan Testing Berbasis...
Iklan

Diperlukan Testing Berbasis Epidemiologi yang Masif untuk Putus Mata Rantai Covid-19

Pelacakan dan pemeriksaan minim membuat deteksi dini kasus Covid-19 terkendala. Selain menyebabkan penanganan terlambat, penularan kasus pun sulit dicegah. Diperlukan pelacakan dan pemeriksaan berbasis epidemiologi.

Oleh
DEONISIA ARLINTA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/VC4AYP1suciKAr3qYvELfUT_9p8=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2F13d6bcef-251c-4faf-a28b-769c25b201df_jpg.jpg
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI

Sampel usap diambil dari tenggorokan seorang warga, Selasa (27/7/2021), di Wanea, Manado, Sulawesi Utara, untuk keperluan melacak sebaran Covid-19 dengan tes reaksi rantai polimerase (PCR). Selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, sebanyak 4.413 sampel harus di ambil di seluruh wilayah Sulut setiap hari untuk uji PCR maupun tes cepat antigen.

JAKARTA, KOMPAS-- Pelacakan dan tes kasus Covid-19 di Indonesia masih amat kurang. Sementara, tingkat penularan kasus di masyarakat sangat tinggi yang ditandai dari tingkat kasus positif atau positivity rate di seluruh provinsi lebih dari 25 persen. Tanpa pelacakan dan tes yang masif, deteksi dini tidak berjalan optimal sehingga upaya untuk memutus rantai penularan Covid-19 semakin sulit dijalankan.

Secara nasional, tingkat kasus positif atau positivity rate dalam satu minggu ini mencapai 30,75 persen. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan, kasus Covid-19 di suatu wilayah dinyatakan terkendali apabila tingkat kasus positifnya kurang dari lima persen. Selain menunjukkan situasi penularan yang tinggi, tingkat kasus positif ini juga menandakan upaya tes di wilayah tersebut amat kurang.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan