logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊPertambangan Nikel...
Iklan

Pertambangan Nikel Berkontribusi Tingkatkan Kerusakan Ekologis

Di tengah tren kendaraan listrik yang terus meningkat, Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel yang besar di dunia perlu mendorong riset agar skema transportasi berkelanjutan bisa terwujud.

Oleh
PRADIPTA PANDU
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/UgI-XOM4tye0-biEcgUCHW5XFiA=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2FBanjir-Konawe-Utara_82498176_1566833313.jpg
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Warga Desa Tambakua mengamati kawasan pegunungan yang rusak karena tambang nikel di Kecamatan Langgikima, Konawe Utara, Senin (5/8/2019). Pegunungan yang ditebang pohonnya, lalu dikeruk untuk nikel juga perkebunan sawit, dituding menjadi salah satu penyebab banjir bandang awal Juni lalu.

JAKARTA, KOMPAS β€” Kegiatan pertambangan dan pengolahan nikel di wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara dinilai berkontribusi meningkatkan kerusakan lingkungan dan mengganggu kelangsungan hidup masyarakat sekitar. Studi dampak pertambangan nikel perlu ditingkatkan karena ke depan ekonomi Indonesia berpotensi kembali bertumpu pada industri ekstraktif.

Hal tersebut terangkum dalam laporan studi Kondisi Lingkungan Wilayah Lingkar Tambang akibat Industri Nikel yang disusun Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Laporan tersebut bertujuan untuk mengumpulkan fakta-fakta lapangan dan literatur yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan pesisir serta laut di wilayah lingkar tambang.

Editor:
Adhitya Ramadhan
Bagikan