logo Kompas.id
Ilmu Pengetahuan & TeknologiChina dan Asia Tenggara Titik ...
Iklan

China dan Asia Tenggara Titik Panas Lompatan Virus Korona Baru

Kelelawar tapal kuda yang diketahui menjadi inang dari sejumlah virus korona yang bisa melompat ke manusia, termasuk ”strain” yang secara genetik mirip dengan virus yang menyebabkan Covid-19 dan sindrom pernapasan akut.

Oleh
Ahmad Arif
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/CDqzMNWz5P9lM6YMjmpgr-4r1M0=/1024x599/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F06%2FScreen-Shot-2021-06-02-at-14.18.44_1622618042.png
Kompas

Analisis titik panas lompatan virus korona dari kelelawar tapal kuda, didasarkan pada nilai rata-rata ”z score” untuk fragmentasi, kepadatan ternak (sapi, kambing, babi, domba), dan permukiman. ”Hot spot” diklasifikasikan berdasarkan tingkat signifikansi dua sisinya, sesuai dengan distribusi normal standar. ”Basemap” diadaptasi dari basis data IUCN Red List (https://www.iucnredlist.org/search) (sumber: Jurnal Nature Food, 2021).

JAKARTA, KOMPAS — Perubahan penggunaan lahan global, termasuk penggundulan hutan, perluasan pertanian dan produksi ternak telah menciptakan titik panas yang berisiko memicu lompatan virus korona dari kelelawar ke manusia. Analisis terbaru menunjukkan, China dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, bisa menjadi titik panas utama.

Kajian para peneliti di University of California, Berkeley, Politecnico di Milano (Universitas Politeknik Milan), dan Massey University of New Zealand ini dipublikasikan di jurnal Nature Food pada 31 Mei 2021.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan