logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊPerjalanan Plastik ke Atmosfer...
Iklan

Perjalanan Plastik ke Atmosfer dan Menginvasi Kehidupan

Plastik yang bersifat sulit terurai menghasilkan serbuk mikro dan nanoplastik yang bisa ditemukan di ujung-ujung gunung, hutan, dan laut, bahkan di udara. Ini akhirnya nanti bisa berakhir di tubuh manusia sendiri.

Oleh
Ahmad Arif
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/OMWPafA2dxhmtM9CBGtNRe_rRGU=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2Feb41431e-c560-4d51-9a26-2183717828b2_jpg.jpg
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Suasana saat Lukman Nurdiansyah (32) beraktivitas di tempat pengolahan sampah plastik miliknya, Rumah Pengolahan Sampah Citra (RPSC), di Kampung Jogjogan, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (11/4/2021).

Pikirkan ulang jika Anda hendak menggunakan plastik sekali pakai. Riset terbaru menunjukkan, sedotan plastik yang dibuang tahun 1980-an ternyata tetap bertahan di Bumi, menjadi potongan-potongan yang terlalu kecil untuk dilihat, dan berputar melalui atmosfer, lalu menyusup ke tanah, air laut, dan udara, dan akhirnya meracuni kita sendiri.

Kini, plastik mikro dan nano telah menginvasi Bumi dan menjadikannya seolah sebagai planet plastik. Plastik telah memengaruhi cara tanaman tumbuh, melayang melalui udara yang kita hirup, dan menembus ekosistem yang jauh. Mereka dapat ditemukan di berbagai tempat seperti aliran darah manusia hingga usus serangga di Antartika.

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan