logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊMemitigasi Bahaya Merapi di...
Iklan

Memitigasi Bahaya Merapi di Kala Pandemi Covid-19

Sejumlah komunitas masyarakat di sekitar Gunung Merapi membangun kesadaran dan upaya mitigasi untuk hidup di gunung api tersebut, termasuk saat ini ketika Merapi erupsi di kala pandemi Covid-19.

Oleh
Ahmad Arif
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/fA2Y7mugPfCkeJu7H14Oig_tA88=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F3acbef1c-51eb-477b-bd2c-612004b3c3fb_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Awan panas guguran dari puncak Gunung Merapi terlihat dari kawasan Sungai Code, Yogyakarta, Rabu (27/1/2021) pukul 07.29. Selama pukul 06.00-12.00 pada hari itu terjadi 22 kali awan panas guguran dari puncak Gunung Merapi. Merapi berstatus Siaga.

Merapi tidak hanya gunung api yang sangat aktif, tetapi juga paling padat dihuni sejak ratusan tahun lalu hingga kini. Maka, memahami krisis Gunung Merapi di kala pandemi ini tidak hanya melihat tremor dan arah awan panasnya, tetapi juga harus memahami sikap masyarakatnya.

Setelah erupsi besar pada 2010, Gunung Merapi mengalami erupsi magmatis kembali pada 11 Agustus 2018 hingga September 2019. Setelah itu, gunung api ini kembali memasuki fase pengisian magma baru, ditandai dengan peningkatan gempa vulkanik dalam dan rangkaian letusan eksplosif sampai dengan 21 Juni 2020.

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan