logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊKegagalan Mitigasi Bangunan...
Iklan

Kegagalan Mitigasi Bangunan Tahan Gempa

Kerusakan bangunan akibat gempa-gempa kecil menunjukkan mitigasi pada kualitas bangunan yang tahan gempa belum berjalan baik. Perlu evaluasi dan penilaian pada bangunan yang berada di zona berisiko tinggi.

Oleh
Ahmad Arif
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/6fIDuCTRjcuXLI5tLRfee1EJpUM=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2Fb4f05d0b-e587-4296-8b6c-7c9b4f4f678f_jpg.jpg
KOMPAS/VIDELIS JEMALI

Seorang tukang merapatkan lagi behel tiang besi yang sebelumnya berjarak tak kurang dari 60 sentimeter jadi 15 sentimeter dalam pengerjaan rumah memakai dana stimulan pascagempa Rp 50 juta di Jalan Lagarutu, Kelurahan Lasoani, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (20/2/2020). Berdasarkan petunjuk teknis pengerjaan rumah tahan gempa, jarak antarbehel pada tiang besi 15 cm.

JAKARTA, KOMPAS β€” Rentetan gempa bumi berkekuatan di bawah M 5 yang menimbulkan kerusakan bangunan di wilayah Indonesia menunjukkan kegagalan mitigasi bangunan tahan gempa. Kerusakan karena guncangan gempa bumi seharusnya bisa dihindarkan jika struktur bangunan mengikuti standar.

Kerusakan bangunan itu kembali terjadi saat rentetan gempa bumi melanda wilayah Morowali, Sulawesi Tengah, pada Senin (4/1/2021). Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa pertama terjadi pada pukul 01.27 WIB dengan kekuatan M 3,5.

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan