logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊPaus dan Lumba-lumba yang Mati...
Iklan

Paus dan Lumba-lumba yang Mati Terdampar Mengandung Kadar Racun Tinggi

Studi pada 83 paus dan lumba-lumba yang mati terdampar pada tubuhnya mengandung senyawa herbisida, DEP, NPE, dan triclosan. Ini menunjukkan bahwa senyawa berbahaya hasil produksi manusia mengalir hingga laut.

Oleh
ICHWAN SUSANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/htKSsHqpcM6BhgORF9kRliKBTyo=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2F20200730kor8-paus-biru-di-raijua1_1596114550.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Ilustrasi. Satu dari 10 paus biru yang mati tergeletak di Pantai Raijua, Sabu Raijua, Kamis (30/7/2020). Paus mati dikuburkan di pantai itu juga.

Studi yang dipimpin para peneliti di Harbor Branch Oceanographic Institute Florida Atlantic University, Amerika Serikat, meneliti racun dalam konsentrasi jaringan dan data patologi dari 83 lumba-lumba dan paus yang terdampar di sepanjang pantai tenggara Amerika Serikat dari 2012 hingga 2018. Para peneliti memeriksa kandungan 17 zat berbeda pada 11 jenis mamalia laut berbeda yang mati terdampar di pantai di Carolina Utara dan Florida.

Ini merupakan studi pertama dalam bentuk laporan yang meneliti konsentrasi dalam jaringan lemak cetacean atau mamalia laut yang terdampar yang mengandung zat berbahaya atrazine (herbisida), DEP (ester ftalat yang ditemukan dalam plastik), NPE (nonylphenol ethoxylate yang biasa digunakan dalam kemasan makanan), dan triclosan (suatu agen antibakteri dan antijamur ada di beberapa produk konsumen, termasuk pasta gigi, sabun, detergen, dan mainan).

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan