logo Kompas.id
โ€บ
Ilmu Pengetahuan & Teknologiโ€บPenginderaan Jauh untuk...
Iklan

Penginderaan Jauh untuk Pemantauan Penurunan Tanah Belum Dimanfaatkan Luas

Penginderaan jauh untuk pemantauan penurunan tanah belum dimanfaatkan secara luas.

Oleh
M Zaid Wahyudi
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/dK7onHKqg4XaMZsd8DCxPIpuF7c=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2F33720950-707e-4e1c-b1de-003ad9df6573_jpg.jpg
Kompas/AGUS SUSANTO

Siluet kapal di Pelabuhan Kaliadem, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (14/1/2020). Penurunan muka tanah menjadi ancaman nyata terbesar di sejumlah daerah, terutama ibu kota Jakarta. Penyebab penurunan muka tanah paling dominan ialah penyedotan air tanah. Data dari Heri Andreas, peneliti pada Divisi Riset Geodesi Institut Teknologi Bandung, penurunan muka tanah di pantai utara Jawa mencapai 1-25 sentimeter per tahun.

Selama ini, penginderaan jauh sudah banyak dimanfaatkan untuk pemetaan dan penyusunan tata ruang. Namun, teknik ini belum banyak diaplikasikan untuk pemantauan penurunan muka tanah meski bisa menyediakan data turunnya tanah tersebut secara murah, cepat, dan akurat. Penginderaan jauh untuk menentukan penurunan muka tanah itu menggunakan data synthetic-aperture radar (SAR), instrumen yang ada dalam satelit radar. Sejumlah satelit yang menyediakan data SAR tersebut antara lain Sentinel-1 atau TerraSAR-X/Tan-DEM-X. Sementara untuk pemetaan menggunakan citra optik satelit.

Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Pusfatja Lapan) M Rokhis Khomarudin di Jakarta, Kamis (27/2/2020), mengatakan, data SAR belum banyak dimanfaatkan di Indonesia. Padahal, data radar memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan data optik karena tidak terkendala tutupan awan.

Editor:
evyrachmawati
Bagikan