logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊMengabaikan Risiko
Iklan

Mengabaikan Risiko

Belajar dari rentetan kasus bencana, masyarakat kita mengalami persoalan serius dalam hal pengabaian risiko. Bencana, yang sebenarnya bisa dihindarkan jika risiko tak diabaikan, kemudian diterima sebagai takdir....

Oleh
Ahmad Arif
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/DmTlq4CmKX2E4j_KklQ7c5sYLEM=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2FDSCF6976_1579920082.jpg
KOMPAS/KELVIN HIANUSA

Di Teluk Palu masih ada warung yang menjajakan dagangnya di pesisir pada Jumat (10/1/2020). Padahal, daerah ini sudah ditetapkan sebagai zona merah dalam peta zona rawan bencana setelah gempa bumi dan tsunami pada September 2018.

Mulai dari kembalinya para penyintas tsunami ke pesisir, santainya respons terhadap ancaman wabah korona, cemaran radiasi di perumahan Batan Indah, hingga tragedi hanyutnya anak-anak Pramuka di Sleman, kita melihat benang merah yang sama: pengabaian risiko bencana.

Pengabaian risiko ini dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari soal pengetahuan dan persepsi hingga kepentingan ekonomi politik. Masalah pada pengetahuan ini, misalnya, hingga sebelum bencana melanda Palu pada 2018, banyak penduduknya tidak mengetahui bahwa kota mereka rentan terdampak gempa besar yang bisa diikuti tsunami dan likuefaksi.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan