logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊTekan Frekuensi Interaksi...
Iklan

Tekan Frekuensi Interaksi dengan Satwa Liar

Selain menghindari konsumsi satwa liar, langkah lain untuk menghindari zoonosis yaitu memulihkan habitat-habitat alami satwa liar serta memberikan ruang perantara dan kawasan ekosistem esensial.

Oleh
Ichwan Susanto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/98EXWs8wT_ZAFIfTPqoKgRcu6eU=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2F20190811WEN_Esai-Pesta-Makan-Tomohon9_1565670563.jpg
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Kelelawar atau paniki yang telah dibakar dan dijual untuk diolah kembali di Pasar Beriman, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Sabtu (10/8/2019). Paniki menjadi salah satu makanan favorit saat perayaan ucapan syukur. Semakin langka jenis gading yang dimasak menjadi keunikan dan buruan tamu yang datang saat pesta.

JAKARTA, KOMPAS β€” Kasus wabah virus korona yang menjangkiti sejumlah kota di China serta Perancis, Singapura, Malaysia, dan Australia menyadarkan arti penting agar manusia mengurangi frekuensi interaksi dengan satwa liar. Selain menghindari konsumsi bagian dari satwa liar, langkah lain yang tak kalah penting yaitu memulihkan habitat-habitat alami satwa liar serta memberikan ruang perantara seperti buffer zone dan kawasan ekosistem esensial sebagai pembatas alami kehidupan manusia dan satwa liar di hutan.

Pembatas alami ini selain melindungi warga dan satwa liar dari konflik sekaligus melindungi keduanya dari penularan penyakit. Ini karena penyakit dari lingkungan manusia juga berbahaya bagi satwa liar.

Editor:
evyrachmawati
Bagikan