logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊMenanti Hasil Gurih Macadamia ...
Iklan

Menanti Hasil Gurih Macadamia Toba

Di sekitar Toba, masyarakat antusias menanam macadamia karena iming-iming manfaat ekonominya yang tinggi. Penanaman macadamia juga membangkitkan kembali daya tarik Danau Toba sebagai destinasi wisata dunia.

Oleh
ICHWAN SUSANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/1M9Cy5GKvCzkx4sG2cwOXpntq0U=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2F20191218ich-IMG_7675_1576677093.jpg
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO

Wilmar Eliaser Simandjorang, tokoh masyarakat Batak, Selasa (17/12/2019), menunjukkan tanaman macadamia yang ditanamnya sekitar 3 tahun lalu. Di lahannya seluas 3 hektar di Desa Huta Ginjang, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, tersebut ditanam sejumlah 800 batang macadamia. Tanaman yang bisa menghasilkan kacang macadamia bernilai tinggi tersebut mulai disebarluaskan untuk merehabilitasi lahan kritis di sekitar Danau Toba.

Wilmar Eliaser Simandjorang (65) bersemangat menuruni lereng gembur di ketinggian 1.250 meter di atas permukaan laut, di Gunung Pusuk Buhit. β€œAduh sayang, maafkan tiga bulan tidak tengok dirimu,” ucapnya kepada tanaman macadamia sambil mencabuti tanaman semak liar yang tumbuh di sekeliling tanaman tersebut. Tanaman setinggi pinggang ini ditanam Wilmar tiga tahun lalu, memelopori penanaman tanaman kacang termahal tersebut di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara.

Tiga tahun lalu, Wilmar mengajukan diri sebagai relawan untuk menjajal tanaman macadamia yang saat itu dipersiapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai kartu truf mengatasi lambannya pemulihan lahan kritis di sekitar danau vulkanologi terdalam di dunia itu. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan terdapat lahan kritis seluas 217.811 hektar lahan kritis pada daerah tangkapan air Danau Toba.

Editor:
evyrachmawati
Bagikan