logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊEksistensi Sejarawan pada Masa...
Iklan

Eksistensi Sejarawan pada Masa Depan Terancam

Di banyak negara, semakin sedikit orang yang bisa mendapatkan pekerjaan sebagai sejarawan. Banyak universitas yang menutup jurusan Sejarah. Akses informasi yang terbuka luas jadikan orang mudah mencari tahu banyak hal.

Oleh
Fajar Ramadhan
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/umkVC7h4LmYta-AjQTwHmG__zDM=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F912abda9-064d-40b8-aa3b-7466c0980688_jpg.jpg
Kompas/Hendra A Setyawan

Arca dan prasasti peninggalan kerajaan-kerajaan di Tanah Air menghiasi Museum Nasional, Jakarta, Kamis (31/10/2019). Museum Nasional menyimpan lebih dari 141.889 koleksi dari jejak peradaban jutaan tahun lalu hingga masuknya bangsa-bangsa asing ke Nusantara. Museum ini merekam sejarah panjang jejak peradaban di Indonesia.

JAKARTA, KOMPAS β€” Tanpa kemampuan retorika yang mumpuni dalam menyampaikan pengetahuan, keberadaan sejarawan pada masa depan dipastikan akan terancam. Akses informasi yang terbuka luas melalui teknologi menjadikan orang dapat mudah mencari tahu banyak hal, termasuk pengetahuan kesejarahan.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hilmar Farid mengatakan, sejarawan tidak bisa lagi hanya bersandar pada akumulasi pengetahuan seabrek. Sebab, saat ini orang sudah dengan mudah mengakses informasi sejarah melalui teknologi.

Editor:
khaerudin
Bagikan