logo Kompas.id
Ilmu Pengetahuan & TeknologiAtmosfer Riset Indonesia Belum...
Iklan

Atmosfer Riset Indonesia Belum Optimal

Peneliti yang mendapatkan beasiswa luar negeri tidak lagi sekadar pulang ke Tanah Air membawa gelar akademik dan keahlian. Lebih dari itu, ”passion” sebagai peneliti harus dibawa hingga ke institusi masing-masing.

Oleh
Fajar Ramadhan
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/BCWMKH0xTDhmxF6UptdafeRbFXU=/1024x711/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2FUnair-1_1574130346.jpg
ASTHESIA DHEA UNTUK KOMPAS

Ilustrasi. Peneliti Departemen Fisika Universitas Airlangga Suryani Dyah Astuti melakukan pengenceran doksisiklin di Laboratorium Biofisika dan Fisika Medis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Kampus C, Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Pemerintah meminta para peneliti lulusan luar negeri konsisten meneliti untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

JAKARTA, KOMPAS — Atmosfer riset yang menjadi salah satu bagian dari ekosistem riset di Indonesia dinilai belum terbentuk secara optimal. Para penerima beasiswa luar negeri diminta mengadopsi atmosfer penelitian di universitasnya ketimbang mengincar gelar akademik semata.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menilai, tidak banyak mahasiswa penerima beasiswa luar negeri yang konsisten mengembangkan penelitian setelah menyelesaikan studi. Atmosfer penelitian di luar negeri yang mereka alami mandek setelah mengerjakan tugas akhir.

Editor:
hamzirwan
Bagikan