logo Kompas.id
Ilmu Pengetahuan & TeknologiMengintip Proyek PLTA di...
Iklan

Mengintip Proyek PLTA di “Rumah” Orangutan

Oleh
Brigitta Isworo Laksmi
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Xs-RyykujjC-EYa0B6WS8TkrSvg=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F07%2F20190731ISW-BATANG-TORU-1_1564589584.jpg
KOMPAS/BRIGITTA ISWORO LAKSMI

Kelompok Konservasi Orangutan Bersama Masyarakat Dusun Sitandiang, Desa Bulu Mario, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan seusai pelatihan, pada 1 Mei 2019. Nampak nomor dua dari kanan Penasihat Senior untuk Lingkungan PT NSHE, Agus Djoko Ismanto, dan Kepala Komunikasi dan Kepala Komunikasi dan Urusan Eksternal PT NSHE Firman Taufick (keenam dari kiri) bersama masyarakat anggota kelompok.

Awal Mei lalu, siang cukup terik dan udara lembab. Sekitar tengah hari, kami-beberapa orang wartawan-bersama sejumlah warga setempat menyusuri jalan setapak. Di kejauhan suara siamang mendengking-dengking. Kami tidak tahu harus berharap apa, namun yang pasti kami ingin mendengar cerita tentang orangutan di kawasan itu.

Sejumlah wartawan diundang oleh PT Dharma Hydro atau PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) untuk melihat pekerjaan dalam proyek pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Air (PLTA)  Batang Toru. Pembangunan pembangkit tersebut telah memicu kontroversi, terkait banyak hal, mulai dari ancaman terhadap satwa liar orangutan tapanuliensis (Pongo tapanuliensis), ketersediaan air bagi penduduk yang berada di hilir Sungai Batang Toru, amdal yang perlu direvisi, keamanan bendungan karena wilayah tersebut masuk di wilayah sesar Sumatera, serta proses jual beli lahan masyarakat.

Editor:
Bagikan