logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊAlternatif Terapi Pengganti...
Iklan

Alternatif Terapi Pengganti Kerja Ginjal Mulai Didorong

Oleh
DD18
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/FgmR-VHC-v6hHCGObKB-WzFnzGM=/1024x768/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F03%2FWhatsApp-Image-2018-03-08-at-19.25.041.jpeg
NIKOLAUS HARBOWO

Ketua Divisi Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) Aida Lydia (baju merah), Ketua Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Hidayat, dan Ketua Kompartemen Health Technology Assesment Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Santoso Soeroso, dalam Forum Diskusi Dialisis bertema "Kidneys & Women\'s Health: Include, Value, Empower" di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kuningan, Jakarta Selatan, pada Kamis (8/3).

JAKARTA, KOMPAS - Pasien gagal ginjal terus meningkat seiring tingginya pembiayaan pengobatan penyakit tersebut setiap tahun. Namun, hal itu tidak dibarengi dengan ketersediaan peralatan hemodialisis di setiap daerah. Penggunaan metode dialisis peritoneal secara efektif sebagai alternatif terapi pengganti kerja ginjal rusak pun mulai didorong.

Berdasarkan Registrasi Ginjal Indonesia (RGI) 2016, pasien aktif gagal ginjal terus meningkat. Pada tahun 2011, ada terdapat 17.259 pasien, kemudian meningkat menjadi 52.835 pasien di tahun 2016. Namun, angka tinggi itu tidak disertai dengan penyebaran unit hemodialisis yang merata di setiap daerah. RGI mencatat, dari 460 unit hemodialisis, sebanyak 68 persen unit di antaranya tersedia di Pulau Jawa.

Editor:
Bagikan