logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊSunat Perempuan, Menyakitkan...
Iklan

Sunat Perempuan, Menyakitkan dan Memicu Trauma Sepanjang Hayat

Sampai sekarang orang masih tabu membincang sunat perempuan. Padahal, praktik sunat meninggalkan trauma pada perempuan.

Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
Β· 0 menit baca
Putri (kiri) dan Rara berpose di atas sisingaan (hiburan yang mengusung model seperti singa) dalam hajatan sunat di Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (1/8/2023). Anak yang disunat dibawa di atas sisingaan yang dibopong empat orang dewasa dan diiringi dengan pukulan kendang serta diantar saudara terdekat keliling kampung.
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Putri (kiri) dan Rara berpose di atas sisingaan (hiburan yang mengusung model seperti singa) dalam hajatan sunat di Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (1/8/2023). Anak yang disunat dibawa di atas sisingaan yang dibopong empat orang dewasa dan diiringi dengan pukulan kendang serta diantar saudara terdekat keliling kampung.

Praktik sunat perempuan meninggalkan trauma dan kenangan pahit bagi anak-anak perempuan yang menjalaninya. Trauma tersebut menyertai perempuan penyintas sepanjang hidupnya, sejak disunat hingga dewasa, berkeluarga, lanjut usia, bahkan hingga akhir hayatnya.

Kendati demikian, tidak banyak yang berani bersuara. Ada yang baru berani bersuara setelah usia lanjut. Selain secara budaya dianggap tabu membicarakan hal tersebut, praktik budaya yang melanggar hak asasi perempuan sampai kini sulit diputus rantai kekerasannya karena sudah berlangsung turun-temurun.

Editor:
EVY RACHMAWATI
Bagikan