logo Kompas.id
›
Humaniora›Siulan Suling Kembar Barambang...
Iklan

Siulan Suling Kembar Barambang Katute Teredam Konflik Tenurial

Suling kembar yang mengajarkan nilai kehidupan terpaksa tersingkirkan oleh konflik tenurial masyarakat adat dan negara.

Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
· 1 menit baca
Muhammad Nurdin (75) dan Nurdin (67) memainkan musik tradisi suling kembar bersama Iwan Tuo (47) yang memainkan gambus di rumah panggung milik Nurdin di wilayah adat Barambang Katute, di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, Minggu (15/9/2024).
KOMPAS/STEPHANUS ARANDITIO

Muhammad Nurdin (75) dan Nurdin (67) memainkan musik tradisi suling kembar bersama Iwan Tuo (47) yang memainkan gambus di rumah panggung milik Nurdin di wilayah adat Barambang Katute, di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, Minggu (15/9/2024).

Seni musik tradisi suling kembar milik masyarakat adat Barambang Katute di Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, menghadapi ancaman berlipat. Selain semakin terpinggirkan oleh modernitas, konflik lahan adat yang terjadi di daerah tersebut menyebabkan warga tidak memiliki waktu untuk melestarikan budaya mereka.

Suling kembar adalah alat musik yang terbuat dari dua batang bambu yang dimainkan secara bersamaan dengan gambus, kecapi, dan rebana. Dalam tradisi masyarakat adat Barambang Katute, pertunjukan suling kembar biasa ditampilkan dalam Arra’ppungan atau dalam bahasa Konjo berarti berkumpul untuk bermusyawarah. Selain itu, suling kembar juga dimainkan pada upacara penyambutan tamu.

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan