logo Kompas.id
โ€บ
Humanioraโ€บIgnas Kleden: Mendidik agar...
Iklan

Ignas Kleden: Mendidik agar Taat pada Akal Sehat

Praktik pendidikan yang tunduk pada kekuasaan hingga sekarang belum berubah dan belum disadari sebagai sebuah masalah.

Oleh
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
ยท 1 menit baca
Pemimpin Umum Harian <i>Kompas</i> Jakob Oetama (kedua dari kanan) berfoto bersama penerima Penghargaan Cendekiawan Berdedikasi 2016 di kantor harian <i>Kompas</i>, Jakarta, 27 Juni 2016. Penerima penghargaan dalam rangka merayakan dan mensyukuri hari ulang tahun <i>Kompas</i> tersebut ialah Faisal Basri (kiri), Ignas Kleden (kedua dari kiri), dan Mayling Oey-Gardiner (kanan).
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama (kedua dari kanan) berfoto bersama penerima Penghargaan Cendekiawan Berdedikasi 2016 di kantor harian Kompas, Jakarta, 27 Juni 2016. Penerima penghargaan dalam rangka merayakan dan mensyukuri hari ulang tahun Kompas tersebut ialah Faisal Basri (kiri), Ignas Kleden (kedua dari kiri), dan Mayling Oey-Gardiner (kanan).

Gelombang reformasi 1998 mengubah peta politik dan demokrasi bangsa Indonesia. Namun, satu hal yang hingga kini belum berubah secara signifikan adalah pendidikan. โ€Pendidikan kita tidak mengajarkan orang untuk berpikir, tetapi untuk tunduk pada kekuasaan,โ€ ucap sosiolog Ignas Kleden (68), 18 Juni 2016, di Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten.

Pendidikan yang sangat mengutamakan kontrol dan memasung kreativitas adalah warisan tradisi Orde Baru yang mengajarkan siapa pun untuk taat pada kekuasaan, bukan pada pikiran. Dalam ujian, misalnya, anak-anak disodori dengan pilihan ganda. Mereka dituntut memberikan jawaban kepada pemberi jawaban, bukan berpikir kreatif mengelaborasi sebuah pertanyaan.

Editor:
EVY RACHMAWATI
Bagikan