logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊBumi Terlalu Panas untuk...
Iklan

Bumi Terlalu Panas untuk Petani

Perubahan iklim akan mengurangi hasil panen dan membuat tantangan ketahanan pangan menjadi lebih buruk.

Oleh
AHMAD ARIF
Β· 1 menit baca
Mardiono (54), petani sayur dari Kampung Baru, Kelurahan Teluk Bayur, Kecamatan Teluk Bayur, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, mencangkul di ladangnya, Sabtu (3/6/2023) sore. Kenaikan suhu di Berau yang mencapai 0,95 derajat celsius dalam 16 tahun terakhir membuat para petani di Kampung Baru terpaksa harus mengubah jam kerja menjadi pagi sebelum pukul 09.30 dan sore hingga malam hari untuk menghindari paparan panas.
KOMPAS/AHMAD ARIF

Mardiono (54), petani sayur dari Kampung Baru, Kelurahan Teluk Bayur, Kecamatan Teluk Bayur, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, mencangkul di ladangnya, Sabtu (3/6/2023) sore. Kenaikan suhu di Berau yang mencapai 0,95 derajat celsius dalam 16 tahun terakhir membuat para petani di Kampung Baru terpaksa harus mengubah jam kerja menjadi pagi sebelum pukul 09.30 dan sore hingga malam hari untuk menghindari paparan panas.

Masa depan produksi pangan global terancam karena kenaikan suhu akan berdampak tidak hanya pada merosotnya produtivitas tanaman, tetapi juga kapasitas fisik petani untuk bekerja di sektor pertanian. Di Indonesia, fenomena ini telah terjadi di Berau, Kalimantan Timur, di mana petani harus bekerja pada dini hari dan sore hingga malam hari untuk menghindari terik matahari.

Dampak pemanasan global terhadap sektor pangan sering kali hanya dilihat dari menurunnya produktivitas tanaman akibat paparan suhu ekstrem. Laporan terbaru tentang hal ini misalnya dirilis oleh para peneliti dari Cornell Atkinson Center for Sustainability, The Environmental Defense Fund (EDF) dan Kansas State University pada Jumat (19/1/2024).

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan