logo Kompas.id
Humaniora”Wolbachia” Kembali Digugat
Iklan

”Wolbachia” Kembali Digugat

Pelepasan nyamuk penyebar demam berdarah yang mengandung bakteri ”Wolbachia” di Yogyakarta sukses menurunkan kasus dan jumlah rawat inap akibat dengue. Namun uji serupa di Bali ditolak pemerintah dan masyarakat setempat.

Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
· 1 menit baca
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi (kanan) menyerahkan ember berisi telur nyamuk <i>Aedes aegypti </i>ber<i>-Wolbachia</i> kepada Camat Kotagede Rajwan Taufiq dalam acara peluncuran rencana perluasan manfaat nyamuk ber-<i>Wolbachia</i> di Kota Yogyakarta di kantor Kelurahan Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta, Rabu (2/9/2020).
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)

Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi (kanan) menyerahkan ember berisi telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia kepada Camat Kotagede Rajwan Taufiq dalam acara peluncuran rencana perluasan manfaat nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta di kantor Kelurahan Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta, Rabu (2/9/2020).

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia di Yogyakarta dan sekitarnya pada 2017-2020 sukses menurunkan 77 persen kasus dengue dan 86 persen penurunan rawat inap terkait dengue. Namun, ketika program ini akan diterapkan di Bali pada November 2023 ini, muncul penolakan dari pemerintah dan masyarakat setempat.

Pelepasan nyamuk A aegypti ber-Wolbachia di Yogyakarta dan Bali itu bagian dari World Mosquito Program di Indonesia. Proyek ini dilaksanakan di 12 negara dengan bantuan sejumlah lembaga donor yang bertujuan mengurangi penyebaran penyakit yang ditularkan nyamuk, seperti demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, zika, dan demam kuning.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan