logo Kompas.id
HumanioraFilsafat Wayang Menghadapi Era...
Iklan

Filsafat Wayang Menghadapi Era Kekinian

Nilai filosofis wayang berhadapan dengan tuntutan zaman yang ”memaksa” dalang kreatif berinovasi mengikuti selera pasar.

Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
· 1 menit baca
Seorang penonton merekam pergelaran wayang kulit Surakarta dengan dalang Ki Galih Tri Atmojo di Museum Wayang, Kota Tua, Jakarta, Minggu (23/7/2023).
KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Seorang penonton merekam pergelaran wayang kulit Surakarta dengan dalang Ki Galih Tri Atmojo di Museum Wayang, Kota Tua, Jakarta, Minggu (23/7/2023).

Dalam jagat budaya pewayangan di Indonesia terkandung filsafat wayang yang berbentuk wejangan, ajaran, andaran, dan contoh-contoh perilaku tokoh-tokohnya dalam setiap lakon pertunjukan wayang. Pokok pikiran filosofinya adalah eksistensialisme karena wayang menekankan dan mengungkit pengalaman pribadi manusia pada setiap pertunjukannya.

Eksistensialisme adalah upaya untuk menjawab pertanyaan bagaimana seharusnya manusia hidup untuk menemukan jati diri. Dengan bereksistensi, manusia menciptakan dirinya secara aktif pada masyarakat. Eksistensialisme manusia dipandang sebagai manusia yang terikat pada dunia, terlebih pada sesama manusia.

Editor:
EVY RACHMAWATI, ICHWAN SUSANTO
Bagikan