logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊEksistensi Tradisi Lisan...
Iklan

Eksistensi Tradisi Lisan Bertahan dari Kepunahan

Panggung Tradisi Lisan semakin terhimpit perkembangan zaman. Namun, upaya dan semangat untuk menjaganya masih tetap ada dan terus berkembang.

Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
Β· 1 menit baca
Pembicara dan pengunjung menari bersama pada Diskusi Tradisi Lisan Tale Tuai Jambi dan Dongeng Buleng Betawi dalam Festival Kata Merawat Literasi Merawat Kebudayaan di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (26/10/2023). Festival Kata Merawat Literasi Merawat Kebudayaan berlangsung dua hari hingga 27 Oktober 2023 dengan puncak acara malam penghargaan cerpen Kompas.
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Pembicara dan pengunjung menari bersama pada Diskusi Tradisi Lisan Tale Tuai Jambi dan Dongeng Buleng Betawi dalam Festival Kata Merawat Literasi Merawat Kebudayaan di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (26/10/2023). Festival Kata Merawat Literasi Merawat Kebudayaan berlangsung dua hari hingga 27 Oktober 2023 dengan puncak acara malam penghargaan cerpen Kompas.

JAKARTA, KOMPAS - Seni tradisi, termasuk tradisi lisan di berbagai daerah semakin mengalami kemunduran, panggung mereka semakin terhimpit perkembangan zaman, yang berimbas pada putusnya regenerasi. Namun, upaya pemerintah maupun masyarakat untuk membangkitkan seni tradisi masih tetap ada dan semakin berkembang.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), mencatat, masih ada 223 tradisi lisan dari berbagai suku di Indonesia. Beberapa di antaranya, yaitu Sinliriq dari Sulawesi Selatan, Gurindam dua belas dari Kepulauan Riau, Tale Tuai dari Jambi, Makepung dari Bali, Randai dari Sumatera Barat, berbagai jenis pantun, dan lain sebagainya.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan