Kemandirian Pangan
Candu Beras dan Mi Instan di Kepulauan
Lidah dan perut anak-anak di pulau-pulau kecil Indonesia telah terjajah oleh beras dan gandum yang tidak bisa diproduksi oleh tanah mereka.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F23%2F3d5c8444-895d-4078-8a9d-9fdb095ef277_jpg.jpg)
Sebanyak 38 anak muda mengikuti pelatihan kewirausahaan pengembangan pangan lokal di Sekolah Agro Sorgum, Desa Pajinian, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT, Selasa (8/8/2023). Mereka mengolah pangan lokal yang bahannya berasal dari desa masing-masing dan menyajikan hingga mempresentasikan. Total 24 jenis hidangan disajikan dan disantap bersama-sama. Kegiatan tersebut digelar Koalisi Pangan Baik, yang terdiri dari Yayasan Kehati, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Keuskupan Larantuka, dan Yayasan Ayu Tani.
Mario Alvares (4) merajuk minta nasi dan mi untuk sarapan pagi. Ditawari pisang rebus dan teh, ia tolak dengan tangisan. Ibunya, Natalia Bage (38), bergegas memasak nasi lalu ke kios membeli sebungkus mi instan. Tangis Mario pun reda.
”Mario maunya makan nasi dan mi. Ini sudah jadi kebiasaan,” ujar Natalia di kampungnya, Desa Klukengnuking, Kecamatan Wotan Ulamado, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada Rabu (8/8/2023).
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 2 dengan judul "Candu Beras dan Mi Instan di Kepulauan".
Baca Epaper Kompas