logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€Ί"Prank" Merusak Kepercayaan...
Iklan

"Prank" Merusak Kepercayaan Anak Balita pada Orangtua

"Prank" sering dianggap hanya guyonan semata dan mendekatkan secara sosial. Nyatanya, anak belum paham manfaat itu. "Prank" pada anak bisa melukai kepercayaan mereka pada orangtua dan membuatnya senantiasa waspada.

Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
Β· 1 menit baca
Orangtua menemani anaknya melihat aktivitas di bantaran Sungai Ciliwung di kawasan Duri Pulo, Jakarta Pusat, Kamis (3/8/2023). Bermain layangan dan sepak bola menjadi aktivitas favorit anak-anak di kawasan ini saat sore hari. Meski berisiko, kawasan permukiman yang padat membuat mereka bermain di bantaran sungai.
KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Orangtua menemani anaknya melihat aktivitas di bantaran Sungai Ciliwung di kawasan Duri Pulo, Jakarta Pusat, Kamis (3/8/2023). Bermain layangan dan sepak bola menjadi aktivitas favorit anak-anak di kawasan ini saat sore hari. Meski berisiko, kawasan permukiman yang padat membuat mereka bermain di bantaran sungai.

Banyak orang dewasa suka menjahili, menggoda, atau mengganggu anak-anak. Apapun respon anak-anak, bahkan saat marah sekalipun, tetap terlihat menggemaskan dan lucu bagi orang dewasa. Namun, banyak orang dewasa tidak sadar bahwa selera humor anak belum berkembang. Lucu bagi orang dewasa justru bisa jadi hal yang menjengkelkan bagi anak-anak.

Di media sosial, sering muncul video yang menunjukkan orangtua, kakak, atau orang dewasa sekitarnya yang menjahili anak, adik, atau saudara mereka, khususnya anak berusia kurang dari 5 tahun (balita). Orang dewasa umumnya hanya ingin membuat kelucuan dan hubungan yang hangat. Sayangnya, kelucuan itu seringkali dibangun dengan "mengorbankan" anak yang belum tahu apa yang lucu dari tindakan orang dewasa.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan