Kekerasan Berbasis Jender
Perempuan Terus Mengalami Kekerasan hingga Pascabencana
Perlindungan pada perempuan dan anak perempuan dalam situasi bencana hingga kini masih minim. Sejumlah penyintas bencana mengalami kekerasan berbasis jender saat tanggap darurat hingga pascabencana.
![Kondisi rumah Neneng (38) di Desa Mekar Sari, Kampung Panembong Girang, RT 004 RW 004, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (28/11/2022). Kendati membutuhkan tempat tinggal yang layak, Neneng merasa lebih nyaman tinggal di tenda pengungsian ketimbang di hunian sementara yang akan dibangun pemerintah.](https://assetd.kompas.id/-_e26y0_ueUidRKk8ev-vxHq7jg=/1024x768/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F11%2F28%2Fb138b274-e473-4cfb-9aac-5982ec48e92d_jpeg.jpg)
Kondisi rumah Neneng (38) di Desa Mekar Sari, Kampung Panembong Girang, RT 004 RW 004, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (28/11/2022). Kendati membutuhkan tempat tinggal yang layak, Neneng merasa lebih nyaman tinggal di tenda pengungsian ketimbang di hunian sementara yang akan dibangun pemerintah.
JAKARTA, KOMPAS โ Kekerasan berbasis jender dalam berbagai bentuk rentan dialami para perempuan dan anak perempuan, termasuk penyandang disabilitas, dalam situasi bencana. Selain terjadi dalam kondisi darurat bencana, kekerasan berbasis jender masih menimpa sejumlah penyintas bencana saat berada di pengungsian ataupun hunian sementara.
Pengalaman sejumlah perempuan korban bencana alam di beberapa tempat menunjukkan, pascabencana, ancaman kekerasan berbasis jender terus mengintai perempuan dan anak.