logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊKonservasi Alam di Indonesia...
Iklan

Konservasi Alam di Indonesia Membutuhkan Independensi Ilmuwan

Kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menghambat sejumlah peneliti konservasi internasional melakukan penelitian di Indonesia dinilai menjadi ancaman bagi independensi sains.

Oleh
AHMAD ARIF
Β· 1 menit baca
Salah satu orangutan yang bakal dilepasliarkan ke Taman Nasionak Bukit Baka Bukit Raya di Kalimantan Tengah, Rabu (14/6/2023), dimasukkan ke dalam boks sebelum dibawa ke rumah barunya. Sebanyak 10 orangutan, dua jantan dan delapan betina, dilepasliarkan ke rumah baru seusai menjalani puluhan tahun rehabilitasi dan reintroduksi.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Salah satu orangutan yang bakal dilepasliarkan ke Taman Nasionak Bukit Baka Bukit Raya di Kalimantan Tengah, Rabu (14/6/2023), dimasukkan ke dalam boks sebelum dibawa ke rumah barunya. Sebanyak 10 orangutan, dua jantan dan delapan betina, dilepasliarkan ke rumah baru seusai menjalani puluhan tahun rehabilitasi dan reintroduksi.

JAKARTA, KOMPAS β€” Masa depan konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia membutuhkan ilmuwan dan sains independen untuk mengevaluasi secara kritis upaya yang telah dilakukan sebelumnya sebagai dasar kebijakan berbasis bukti. Namun, kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menghambat sejumlah peneliti konservasi internasional melakukan penelitian di Indonesia dinilai menjadi ancaman independensi ilmuwan.

Urgensi independensi sains dalam konservasi alam di Indonesia ini dipublikasikan dalam jurnal internasional Current Biology pada Senin (10/7/2023). William F Laurance, ilmuwan dari Centre for Tropical Environmental and Sustainability Science James Cook University, Australia, menjadi penulis pertama.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan