logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€Ί44 Persen Populasi Perempuan...
Iklan

44 Persen Populasi Perempuan di Dunia Mengalami Kehamilan Tak Diinginkan

Sekitar 44 persen dari total populasi perempuan di dunia mengalami kehamilan yang tak diinginkan. Hal ini menunjukkan lemahnya otonomi perempuan atas tubuhnya.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
Β· 1 menit baca
Ibu-ibu hamil mengikuti sesi <i>hypnobirthing</i> di RSIA Tambak, Jakarta, Sabtu (11/3/2023). Senam hamil berfungsi untuk melatih otot sekitar panggul guna mempersiapkan proses persalinan, membantu kontraksi untuk mempermudah proses persalian, serta mengatasi keluhan-keluhan selama sisa usia kehamilan. <i>Hypnobrthing</i> merupakan suatu metode untuk menanamkan pemikiran-pemikiran positif untuk persiapan persalinan agar lebih siap secara mental. Keduanya menjadi kesatuan yang penting karena untuk mempersiapkan persalinan normal. Senam hamil melatih calon ibu secara fisik, sedangkan <i>hypnobirthing</i> mempersiapkan aspek mental.
KOMPAS/RIZA FATHONI

Ibu-ibu hamil mengikuti sesi hypnobirthing di RSIA Tambak, Jakarta, Sabtu (11/3/2023). Senam hamil berfungsi untuk melatih otot sekitar panggul guna mempersiapkan proses persalinan, membantu kontraksi untuk mempermudah proses persalian, serta mengatasi keluhan-keluhan selama sisa usia kehamilan. Hypnobrthing merupakan suatu metode untuk menanamkan pemikiran-pemikiran positif untuk persiapan persalinan agar lebih siap secara mental. Keduanya menjadi kesatuan yang penting karena untuk mempersiapkan persalinan normal. Senam hamil melatih calon ibu secara fisik, sedangkan hypnobirthing mempersiapkan aspek mental.

JAKARTA, KOMPAS β€” Sebanyak 44 persen perempuan di dunia mengalami kehamilan yang tak diinginkan. Hal ini menunjukkan perempuan belum sepenuhnya merdeka atas kesehatan reproduksinya. Selain merampas otonomi atas tubuh, kehamilan seperti ini bisa memengaruhi kualitas hidup keluarga di masa depan.

Kehamilan tak diinginkan juga menunjukkan bahwa perempuan belum bebas menentukan kehamilan, baik waktu hamil, jumlah anak yang direncanakan, jarak usia antar-anak, maupun mau atau tidaknya ia memiliki anak. Hal ini juga cerminan bahwa perempuan belum bebas menentukan untuk berhubungan seksual atau tidak hingga menentukan penggunaan alat kontrasepsi.

Editor:
EVY RACHMAWATI
Bagikan