logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊMenyingkirkan Miskonsepsi...
Iklan

Menyingkirkan Miskonsepsi Pembelajaran PAUD

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) didorong membangun fondasi pendidikan siswa secara holistik. Kemampuan yang dikembangkan bukan hanya calistung, tetapi kematangan emosional, kemampuan berkomunikasi, dan budi pekerti.

Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
Β· 1 menit baca
Penampilan operet anak oleh Sanggar Semesta Tari dan Sasikirana Dance Camp dalam penyampaian komitmen bersama Bunda PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) untuk mendukung gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan, di Jakarta, Rabu (7/6/2023). Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan merupakan Episode ke-24 Merdeka Belajar yang telah diluncurkan pada Maret lalu.
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA

Penampilan operet anak oleh Sanggar Semesta Tari dan Sasikirana Dance Camp dalam penyampaian komitmen bersama Bunda PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) untuk mendukung gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan, di Jakarta, Rabu (7/6/2023). Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan merupakan Episode ke-24 Merdeka Belajar yang telah diluncurkan pada Maret lalu.

JAKARTA, KOMPAS – Miskonsepsi pembelajaran pendidikan anak usia dini atau PAUD masih jamak terjadi. Salah satunya kesalahpahaman dalam menganggap kemampuan baca, tulis, hitung atau calistung sebagai satu-satunya bukti keberhasilan belajar. Miskonsepsi ini harus disingkirkan demi mewujudkan transisi PAUD ke sekolah dasar yang menyenangkan.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, PAUD merupakan periode emas yang tidak bisa disubstitusi. Oleh sebab itu, masa ini semestinya dioptimalkan untuk membangun fondasi pendidikan anak secara holistik, seperti pengetahuan, keterampilan, dan karakter.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan