Penggunaan Pelega SABA Jangka Panjang Berpotensi Tingkatkan Serangan Asma
Pasien asma tak lagi dianjurkan menggunakan ”inhaler” golongan SABA sebagai satu-satunya obat pereda asma. Obat pengontrol diperlukan sebagai anti-radang untuk menurunkan gejala serangan asma.
JAKARTA, KOMPAS — Pasien asma di Indonesia masih banyak menggunakan pelega golongan short acting beta agonists atau SABA untuk meredakan serangan asma karena harganya yang lebih murah dibandingkan obat pengontrol. Padahal, penggunaan pelega SABA yang terlalu sering hingga menyebabkan ketergantungan justru meningkatkan risiko terjadinya serangan asma.
Asma merupakan penyakit yang didasari inflamasi atau yang ditandai dengan penyempitan dan peradangan saluran pernapasan yang mengakibatkan penderita sulit bernapas. Selain itu, asma juga dapat menimbulkan gejala lain, seperti mengi, batuk, dan nyeri dada.