logo Kompas.id
HumanioraMeski Wajib Ilmiah dan Teruji,...
Iklan

Meski Wajib Ilmiah dan Teruji, Arkeologi Bisa Disajikan secara Menarik

Arkeologi semu dihargai sebagai suara lain sebagaimana arkeologi feminisme, arkeologi pribumi, dan arkeologi alternatif lainnya. Sebagai ilmu interpretasi, subyektivitasnya tidak terhindarkan.

Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
· 1 menit baca
Para peserta <i>webinar</i> bertajuk Pseudo Arkeologi: Prinsip Arkeolog terhadap Proses Interpretasi Data dalam Menyikapi Kepercayaan Masyarakat” yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Arkeologi Universitas Gadjah Mada, Sabtu (29/4/2023).
TANGKAPAN LAYAR

Para peserta webinar bertajuk Pseudo Arkeologi: Prinsip Arkeolog terhadap Proses Interpretasi Data dalam Menyikapi Kepercayaan Masyarakat” yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Arkeologi Universitas Gadjah Mada, Sabtu (29/4/2023).

JAKARTA, KOMPAS — Produk pengetahuan dari pseudoarkeologi atau dikenal juga sebagai ilmu arkeologi alternatif memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Ini karena produk yang ditawarkan oleh pseudoarkeologi cenderung berlawanan dengan pengetahuan dari ilmu arkeologi, dramatis, dan sensasional.

Hal itu disampaikan oleh dosen Arkeologi Universitas Gadjah Mada, Daud Aris Tanudirjo, dalam webinar bertajuk ”Pseudo Arkeologi: Prinsip Arkeolog terhadap Proses Interpretasi Data dalam Menyikapi Kepercayaan Masyarakat”, Sabtu (29/4/2023). Forum diskusi yang dilaksanakan secara daring tersebut dilakukan Himpunan Mahasiswa Arkeologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan