logo Kompas.id
โ€บ
Humanioraโ€บShalat dan Puasa di Luar...
Iklan

Shalat dan Puasa di Luar Angkasa

Waktu ibadah dalam Islam, termasuk shalat dan puasa, ditentukan oleh posisi geografis di Bumi dan posisi astronomis Matahari dan Bulan. Namun, ketentuan itu menjadi tidak relevan saat manusia mulai merambah luar angkasa.

Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
ยท 1 menit baca
Tim Rukyatul Hilal bersama takmir masjid dan warga memantau hilal dari atap Masjid Al-Musyari'in, Jalan Basmol Raya, Jakarta Barat, Minggu (5/5/2019). Masjid Al-Musyari'in menjadi salah satu tempat yang digunakan oleh Kementerian Agama dalam memantau hilal untuk menentukan 1 Ramadhan 2019/1440 H.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Tim Rukyatul Hilal bersama takmir masjid dan warga memantau hilal dari atap Masjid Al-Musyari'in, Jalan Basmol Raya, Jakarta Barat, Minggu (5/5/2019). Masjid Al-Musyari'in menjadi salah satu tempat yang digunakan oleh Kementerian Agama dalam memantau hilal untuk menentukan 1 Ramadhan 2019/1440 H.

Umat Islam diwajibkan shalat lima kali dalam sehari-semalam. Selama bulan Ramadhan, mereka juga diwajibkan berpuasa sejak terbitnya fajar hingga Matahari terbenam atau dari subuh sampai maghrib. Namun, saat berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), jadwal dan waktu ibadah itu menjadi kacau karena antariksawan di ISS akan mengalami 16 kali Matahari terbit dan terbenam dalam 24 jam.

Dari lebih 600 orang yang sudah pernah berada di luar angkasa, baik antariksawan atau turis, jumlah umat Islam yang pernah ikut dalam berbagai program luar angkasa itu baru kurang dari 2 persen. Seiring kemajuan ekonomi negara-negara Islam dan diversifikasi program luar angkasa yang dijalankan Amerika Serikat dan Rusia, jumlah antariksawan muslim diyakini akan terus bertambah mengingat 1 dari 4 penduduk Bumi adalah Muslim.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan