logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊPemberitaan Mutilasi Bisa...
Iklan

Pemberitaan Mutilasi Bisa Memantik Pelaku Lain

Kasus mutilasi terjadi berentetan karena pelaku terpantik oleh pemberitaan di media, seperti kasus mutilasi di Bekasi, Bogor, dan Sleman yang terjadi dalam waktu berdekatan awal tahun ini.

Oleh
Stephanus Aranditio
Β· 1 menit baca
Warga mendorong peti berisi jenazah Ayu Indraswari (34) dari rumah duka di Kampung Suryoputran, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (20/3/2023) sore. Pada Minggu (19/3/2023) malam, jenazah Ayu ditemukan dalam kondisi termutilasi di sebuah penginapan di Kabupaten Sleman, DIY.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Warga mendorong peti berisi jenazah Ayu Indraswari (34) dari rumah duka di Kampung Suryoputran, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (20/3/2023) sore. Pada Minggu (19/3/2023) malam, jenazah Ayu ditemukan dalam kondisi termutilasi di sebuah penginapan di Kabupaten Sleman, DIY.

JAKARTA, KOMPAS β€” Kabar peristiwa pembunuhan hingga mutilasi bisa memantik orang dengan kondisi psikologis yang rentan untuk melakukan hal serupa. Perlu kebijakan redaksi yang ketat sebelum menerbitkan pemberitaan terkait kriminalitas yang berpotensi meluas.

Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Reni Kusumowardhani mengatakan, fenomena peristiwa mutilasi biasanya terjadi berturut-turut. Meski tidak saling terkait, setiap pelaku bisa meniru secara langsung atau tidak dari rincian peristiwa mutilasi yang dijabarkan oleh media.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan