logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊLambatnya Riset Pengaruhi...
Iklan

Lambatnya Riset Pengaruhi Ketersediaan Obat Inovatif

Panjangnya proses perizinan jadi salah satu kendala pelaksanaan riset obat inovatif di Indonesia. Setidaknya butuh waktu 1,5 tahun untuk mengantongi berbagai perizinan.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
Β· 1 menit baca
Petugas sedang memeriksa obat-obatan sebelum dipasarkan di laboratorium milik PT Phapros Tbk di Kota Semarang, Jawa Tengah (28/10). Mudahnya akses mendapatkan obat melalui jaminan kesehatan mendorong tumbuhnya industri farmasi di Indonesia.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Petugas sedang memeriksa obat-obatan sebelum dipasarkan di laboratorium milik PT Phapros Tbk di Kota Semarang, Jawa Tengah (28/10). Mudahnya akses mendapatkan obat melalui jaminan kesehatan mendorong tumbuhnya industri farmasi di Indonesia.

JAKARTA, KOMPAS β€” Perkembangan riset obat inovatif di Indonesia terhambat perolehan izin yang memakan waktu lama dan tidak terprediksi. Hal ini membuat riset menjadi lama dan mahal. Kondisi ini juga memengaruhi ketersediaan obat-obat inovatif untuk publik.

Berdasarkan kajian Pharmaceutical Research and Manufacturers of America (PhRMA), hanya ada sekitar 9 persen obat inovatif yang beredar di Indonesia. Indonesia ada di peringkat terbawah bila dibandingkan dengan negara-negara G20. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia sejajar dengan Vietnam, tetapi tertinggal dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan