Mitigasi Risiko Gempa
Belajar dari Bencana Turki, Audit Kekuatan Bangunan di Indonesia
Gempa Turki yang menewaskan lebih dari 8.000 orang diharapkan mendorong Indonesia untuk mengaudit kekuatan bangunan terhadap gempa bumi, terutama di wilayah perkotaan yang dilintasi jalur sesar.

Tim penyelamat dan warga sipil mencari korban selamat di bawah puing-puing bangunan yang runtuh di Kahramanmaras, Turki. Hingga Kamis (9/2/2023) pagi, jumlah korban tewas mencapai lebih dari 8.000 orang dan diperkirakan akan terus bertambah.
JAKARTA, KOMPAS — Hingga kini lebih dari 8.000 orang tewas akibat gempa bumi M 7,8 yang menghancurkan banyak bangunan di Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023). Bencana ini diharapkan mendorong Indonesia untuk mengaudit kekuatan bangunan terhadap gempa bumi, terutama di wilayah perkotaan yang dilintasi jalur sesar.
Ketua Umum Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) Avianto Amri, Kamis (9/2/2023) di Jakarta, mengatakan, selain kekuatan gempa dan sumbernya yang dangkal, terdapat beberapa faktor lain yang membuat gempa di Turki kali ini menimbulkan banyak korban jiwa. Faktor pertama adalah waktu kejadian gempa pada pukul 04.17, yang berarti orang-orang sedang tidur di tempat tinggalnya.