logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊPerlawanan Perempuan Mantan...
Iklan

Perlawanan Perempuan Mantan Tapol Membangun Narasi Tandingan

Upaya perempuan mantan tahanan politik peristiwa G30S berbaur di tengah masyarakat masih dihadang stigma. Lewat beragam cara, mereka membangun narasi tandingan untuk melawan stigma tersebut.

Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
Β· 1 menit baca
Amurwani Dwi Lestariningsih (tengah) berfoto usai mempertahankan disertasinya berujudul Adaptasi dan Perlawanan: Studi Memori Kolektif Mantan Tahanan Politik Perempuan G30S 1965 dalam Kehidupan Masyarakat 1968-2019 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (9/1/2023).
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA

Amurwani Dwi Lestariningsih (tengah) berfoto usai mempertahankan disertasinya berujudul Adaptasi dan Perlawanan: Studi Memori Kolektif Mantan Tahanan Politik Perempuan G30S 1965 dalam Kehidupan Masyarakat 1968-2019 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (9/1/2023).

DEPOK, KOMPAS β€” Stigma terhadap mantan tahanan politik peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S masih melekat di ingatan masyarakat. Mereka mengalami berbagai diskriminasi dan penolakan. Lewat beragam cara, perempuan mantan tapol membangun narasi tandingan untuk melawan stigma tersebut.

Dalam sidang promosi doktor di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (9/1/2023), Amurwani Dwi Lestariningsih mengatakan, para perempuan mantan tapol membentuk organisasi sebagai wadah artikulasi diri dan penyembuhan luka masa lalu. Beberapa organisasi itu di antaranya Wanodja Binangkit, Paduan Suara Dialita, dan Kipra Perempuan atau Kipper.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan