logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊGas Air Mata, Mengendalikan...
Iklan

Gas Air Mata, Mengendalikan Sekaligus Mematikan

Banyaknya korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan diduga terjadi akibat sesak napas dari paparan gas air mata. Hasil studi menunjukkan, terdapat efek jangka panjang dari paparan gas air mata, seperti cacat permanen.

Oleh
PRADIPTA PANDU
Β· 1 menit baca
Gas air mata ditembakkan petugas untuk membubarkan pengunjuk rasa di Jalan Tentara Pelajar, Jakarta, Senin (30/9/2019).
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Gas air mata ditembakkan petugas untuk membubarkan pengunjuk rasa di Jalan Tentara Pelajar, Jakarta, Senin (30/9/2019).

Lebih dari 180 suporter sepak bola dinyatakan meninggal seusai terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2022) malam. Berdasarkan informasi sementara, banyaknya suporter yang meninggal diduga akibat sesak napas dan terinjak saat keluar dari stadion setelah tribun penonton dipenuhi gas air mata yang ditembakkan polisi.

Informasi sementara terkait dugaan meninggalnya suporter tersebut disampaikan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Nico Afinta saat memberikan keterangan pers di Malang, Minggu. Menurut Nico, besarnya jumlah korban yang meninggal terjadi akibat penumpukan massa, khususnya di pintu gerbang masuk stadion, hingga menyebabkan sesak napas karena kehabisan oksigen.

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan