logo Kompas.id
HumanioraTak Apa jika Tak Paham…
Iklan

Tak Apa jika Tak Paham…

Festival seni budaya bukan hanya wadah bagi seniman dan budayawan untuk berekspresi. Di balik itu ada ikhtiar untuk mengajak masyarakat dekat dan menghargai seni budayanya.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
· 1 menit baca
Band Senyawa tampil selama lebih kurang satu jam di panggung Festival Indonesia Bertutur pada Minggu (11/9/2022) malam. Festival yang berlangsung di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ini melibatkan sekitar 900 pelaku seni budaya lintas disiplin dari dalam dan luar negeri. Ada lebih dari 100 karya seni hasil adaptasi dari 20 cagar budaya Indonesia yang ditampilkan di festival ini.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Band Senyawa tampil selama lebih kurang satu jam di panggung Festival Indonesia Bertutur pada Minggu (11/9/2022) malam. Festival yang berlangsung di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ini melibatkan sekitar 900 pelaku seni budaya lintas disiplin dari dalam dan luar negeri. Ada lebih dari 100 karya seni hasil adaptasi dari 20 cagar budaya Indonesia yang ditampilkan di festival ini.

Senyawa, band eksperimentalis asal Yogyakarta, kebagian giliran tampil di Festival Indonesia Bertutur di Taman Lumbini, Candi Borobudur, pada Minggu (11/9/2022) malam. Sebelum tampil, penonton diberi penjelasan singkat soal Vajranala, komposisi musik yang akan dibawakan. Singkatnya, Vajranala adalah interpretasi mereka atas mitologi tempat berdirinya Candi Pawon. Di akhir penjelasan, mereka berpesan, ”Semoga tidak terlalu berat untuk dicerna. Yang jelas, silakan menikmati musiknya.”

Lampu panggung pun meredup. Bunyi-bunyian dramatis membuka pertunjukan. Ratusan penonton yang duduk lesehan beralas tikar daun pandan terdiam penuh antisipasi. Beberapa detik setelahnya, nuansa musik berubah hardcore dengan scream dari sang vokalis. Ingatan akan band-band metal tahun 2000-an mendadak muncul.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan