logo Kompas.id
HumanioraSengkarut Lumbung Pangan...
Iklan

Sengkarut Lumbung Pangan Kalteng

Proyek ”food estate” atau lumbung pangan di Kalimantan Tengah disiapkan untuk menjawab kebutuhan pangan nasional berpotensi jadi sumber masalah baru. Proyek ini juga tidak bisa menggantikan sistem perladangan Dayak.

Oleh
AHMAD ARIF, DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO, ADITYA PUTRA PERDANA, EDNA CAROLINE PATTISINA
· 1 menit baca
Tanaman singkong di areal pengembangan lumbung pangan (<i>food estate</i>) Desa Tewai Baru, Gunung Mas, terlihat kurus dan tak terawat, padahal sudah berumur lebih dari satu tahun, Minggu (24/7/2022),
KOMPAS/AHMAD ARIF

Tanaman singkong di areal pengembangan lumbung pangan (food estate) Desa Tewai Baru, Gunung Mas, terlihat kurus dan tak terawat, padahal sudah berumur lebih dari satu tahun, Minggu (24/7/2022),

JAKARTA, KOMPAS — Proyek food estate atau lumbung pangan di Kalimantan Tengah disiapkan untuk menjawab kebutuhan pangan nasional dan di tingkat lokal diharapkan bisa menggantikan sistem perladangan tradisional yang telah dilarang. Namun, temuan di lapangan menunjukkan berbagai persoalan yang dihadapi proyek strategis nasional ini sehingga bisa jadi sumber masalah baru.

Sejumlah temuan Kompas di lapangan pada 15-28 Juli 2022 itu mulai dari lahan singkong yang tampak tak terurus di Desa Tawai Baru, Kabupaten Gunung Mas, hingga bantuan pupuk dan kapur dolomit yang dibiarkan menumpuk di pinggir jalan di lokasi cetak sawah baru di sejumlah desa di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas. Ketiga kabupaten ini adalah lokasi pengembangan lumbung pangan (food estate).

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan