logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊRapor Merah Ekosistem Riset di...
Iklan

Rapor Merah Ekosistem Riset di Indonesia

Berbagai program riset strategis nasional, seperti Drone MALE Kombatan dan vaksin Merah Putih, terhenti setelah peleburan BRIN. Masa depan riset dan teknologi Indonesia dipertanyakan.

Oleh
AHMAD ARIF
Β· 1 menit baca
Hanggar Hankam, di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang Selatan, yang sebelumnya menjadi tempat uji struktur pesawat nirawak dan berbagai kegiatan riset kedirgantaraan ini terbengkalai dan sepi, Jumat (5/8/2022). Sejak bergabung dengan BRIN, proyek Drone<i></i>MALE Kombatan malah terhambat, sebagaimana program riset strategis nasional lain, termasuk vaksin Merah Putih.
KOMPAS/AHMAD ARIF

Hanggar Hankam, di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang Selatan, yang sebelumnya menjadi tempat uji struktur pesawat nirawak dan berbagai kegiatan riset kedirgantaraan ini terbengkalai dan sepi, Jumat (5/8/2022). Sejak bergabung dengan BRIN, proyek DroneMALE Kombatan malah terhambat, sebagaimana program riset strategis nasional lain, termasuk vaksin Merah Putih.

JAKARTA, KOMPAS β€” Peleburan lembaga penelitian ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional telah menghambat program riset strategis nasional, seperti vaksin Merah Putih, Drone MALE Kombatan, dan teknologi garam. Transisi yang tidak berjalan baik juga membuat banyak peneliti kebingungan sehingga mengganggu pengembangan riset dan teknologi.

Keluhan mengenai memburuknya ekosistem riset ini disampaikan sejumlah peneliti dari sejumlah organisasi riset (OR) di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang diwawancarai terpisah pekan ini, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional pada Rabu (10/8/2022).

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan